Suatu kali, setelah selesai kebaktian pemuda, seperti biasa kami pulang bersama-sama dengan berjalan kaki. Ketika tiba di sebuah perempatan, tiba-tiba seorang teman kami berhenti untuk menemui banyak pemuda yang nongkrong di situ dengan beberapa minuman keras dan roko yang terselip di jari-jari mereka. Ternyata mereka adalah teman-temannya. Kami berusaha untuk mencegahnya, tetapi teman kami tetap berkeras untuk ikut “nimbrung”.
“Tidak ada salahnya’kan kalau aku berkumpul bersama dengan mereka, asal tidak ikut-ikutan, apalagi aku kenal mereka,” demikian kata teman kami sebagai alasan untuk mendukung tindakannya.
Kebetulan saat itu adalah malam minggu. Keesokan harinya ketika kami berkumpul kembali untuk mengikuti kebaktian umum, kami mendengar bahwa pemuda-pemuda yang berkumpul di perempatan jalan tersebut, termasuk teman kami, ditangkap oleh polisi karena terlibat perkelahian yang mengakibatkan seseorang terluka parah dan kerusakan beberapa peralatan billyard. Ternyata mereka berkelahi di tempat hiburan tersebut. Siangnya kami berusaha untuk menemui teman kami itu. Sekalipun sangat berbelit-belit prosesnya, akhirnya pihak kepolisian memberikan kesempatan kepada kami unutk bisa menemui teman kami.
Tanpa basa-basi seorang dari kami berkata, “Ada satu anak kalimat yang kamu ubah dalam Doa Bapa Kami, yaitu yang berbunyi, ‘Lepaskanlah kami daripada yang jahat’. Kamu mengubahnya menjadi, ‘Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, karena kami bisa datang sendiri ke sana.’” Walaupun mungkin dengan berat hati, teman kami itu berkata, “Memang benar apa yang kamu katakan. Terima kasih untuk kedatangan kalian.”
Apa yang dilakukan teman kami mirip dengan apa yang dilakukan oleh Lot, sekalipun dalam hal ini Lot tidak jatuh ke dalam pencobaan. Ketika Lot diberikan kesempatan oleh Abraham, untuk memilih tempat terlebih dahulu, Lot memilih tempat yang berdekatan dengan Sodom, padahal, “Orang Sodom sangat jahat dan berdosa kepada TUHAN.” (Kejadian 13: 13). Lot sendirilah yang mendatangi pencobaan itu!
Bukankah banyak orang Kristen yang bertindak seperti Lot dan teman kami itu? Sudah tahu kalau kerja di club malam harus berteman dengan minuman keras, rokok, lelaki mata keranjang, bahkan wanita tuna susila, tetap saja nekat kerja di tempat itu. Sudah tahu bahwa terang tidak bisa bersatu dengan gelap, nekat juga berpacaran dengan orang yang tidak seimam. Seudah tahu kalau pacaran di tempat sepi dan remang-remang itu berbahaya, tetap saja mencari tempat yang seperti itu. Dan masih banyak contoh yang lain, termasuk dalam hal mencari tempat hiburan atau teman bergaul.
Marilah kita waspada dan terus berjaga-jaga terhadap setiap keputusan dan tindakan kita, supaya kita tidak mendekati pencobaan. Jikalau pencobaan itu datang, mintalah kekuatan Allah untuk mengalahkannya.
Kejadian 13: 10 – 13
Lalu Lot melayangkan pandangannya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak air-nya, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar – hal itu terjadi sebelum Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora.
Sebab itu Lot memilh baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah.
Abraham menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar