Minggu, 11 Mei 2008

Setiap Hari adalah Istimewa

Yakobus 4: 13 -17

Setelah upacara pemakaman istrinya, sahabatku pulang ke rumahnya, lalu ia membuka laci tempat di mana istrinya bisa menyimpan underwear atau pakaian dalam. Ia meraih kotak yang tidak asing lagi baginya. Setelah membuka kotak tersebut, tampaklah sebuah celana dalam wanita berbahan sutra. “Ini dibeli oleh istriku sekitar delapan tahun yang lalu ketika pertama kali kami pergi ke New York,” katanya lirih, “tak pernah sekalipun ia mengeluarkan kotak ini apalagi memakainya. Katanya ia hanya akan menggunakannya pada kesempatan yang istimewa.” Sahabatku yang masih menyimpan kesedihan itu lalu meletakkan kotak berisi celana dalam sutra tersebut di atas tempat tidur. Ia berpaling kepadaku lalu berkata, Jangan pernah menyimpan sesuatu untuk kesempatan istimewa, karena setiap hari dalam hidupmu adalah istimewa,”.

Kata-katanya itu kini telah mengubah hidupku. Dulu aku selalu sibuk dengan pekerjaanku, aku seolah berpacu dengan waktu untuk melakukan aktivitas setiap hari. Tapi kini aku mulai menikmati kehidupanku, duduk di ruang tamuku tanpa kuatir, aku memberikan banyak waktu untuk keluargaku, aku mengurangi waktu kerjaku. Aku tidak lagi menyimpan sesuatu berlama-lama. Tidak ada makanan yang sengaja disimpan berlama-lama untuk disuguhkan kepada tamu istimewa, aku mengeluarkan gelas-gelas kristal kesayanganku yang selama ini kusimpan di lemari kaca dan aku menggunakan gelas-gelas itu setiaphari. Aku tidak lagi menyimpan pakaian untuk waktu istimewa atau minyak wangi untuk dipakai hanya pada kesempatan istimewa. Aku memakai semua yang dapat dipakai. Aku sudah menghapus kata-kata “Aku akan memakainya nanti….” Atau “Aku akan menunggu saat istimewa…”. Kita tidak tahu apakah kita masih bisa menjejakkan kaki di tanah keesokkan hari, apakah kita masih akan melihat hari istimewa yang kita tunggu-tunggu itu.

Karena tidak seorang pun tahu kapan Tuhan memanggil, maka jadikanlah setiap hari sebagai hari yang istimewa. Carilah Tuhan dan dekatkan diri kepadaNya, kasihi sesamamu lebih lagi, berdamailah dengan musuhmu, selesaikan setiap perselisihan, jangan menahan apa yang dapat engkau berikan, nikmatilah hari-harimu dengan sukacita, karena mungkin saja ini adalah hari terakhirmu di dunia, atau hari terakhir orang yang engkau kasihi.

Intinya, “Jangan pernah menunda apa pun juga.” Penyesalan selalu datang terlambat, antipasi hal itu dengan cara mengisi hari-hari yang Tuhan anugerahkan dengan perbuatan terpuji yang mendatangkan kebahagiaan kebahagiaan bagimu dan bagi sesamamu. Di sisi lain, nikmatilah apa yang sudah Tuhan berikan, semakin banyak orang yang engkau libatkan untuk menikmati berkat dan kebahagiaan, semakin berarti hidupmu. Maka ketika Tuhan memanggilmu kapan dan di mana pun juga, engkau akan menyambut uluran tanganNya, tersenyum padaNya, dan pergi untuk tinggal bersamaNya di dalam kebahagiaan.

Yakobus 4: 13 – 17

Jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan

Jadi sekarang, hai kamu yang berkata, “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”, sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.

Sebenarnya kamu harus berkata, “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. Jadi jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Berkat Surat Cindy

Yohanes 4: 39 – 42; 2 Timotius: 1: 8

Saat Cindy, anak perempuan Robert Schuller mengalami kecelakaan, John Wayne mengirimkan sepucuk surat untuk menguatkan hatinya.

“Halo Cindy, saya turut bersedih atas kecelakaan yang kau alami. Saya harap engkau baik-baik saja. John Wayne.”

Setelah membaca surat itu, Cindy pun membalasnya, “Halo Pak Wayne, saya telah menerima surat Anda. Terima kasih Anda telah menulisnya untuk saya. Saya akan baik-baik saja karena Yesus pasti menolong saya. Pak Wayne, apakah Anda mengenal Yesus? Saya harap Anda mengenal Dia, karena saya tidak dapat membayangkan Sorga serasa tak akan lengkap tanpa kehadiran John Wayne. Jika Anda belum mengenal Yesus, saya harap Anda akan memberikan hati Anda untuk Yesus saat ini juga. Sampai jumpa di Sorga.”

Cindy memasukkan surat itu ke dalam amplop tepat pada saat seorang pengunjung masuk untuk menjenguknya. “Apa yang sedang kau lakukan, Cin?” – “Saya baru saja menulis surat untuk John Wayne, tetapi saya tidak tahu bagaimana menyampaikan surat ini kepadanya,” jawab Cindy.

“Kebetulan sekali, malam ini saya akan makan malam dengannya di Club Newport. Berikan surat itu kepada saya, nanti akan saya sampaikan kepadanya!” kata tamu itu menawarkan diri. Dengan senang hati Cindy pun menyerahkan surat itu kepadanya.

Malamnya dua belas orang dewasa duduk mengelilingi meja di Club Newport. Sambil menantikan hidangan, mereka bercerita dan tertawa ria. Kemudian si pembawa surat berkata kepada John Wayne, “Hai Duke, hari ini aku ke tempat anak gadis Schuller dan dia menulis sepucuk surat untukmu. Dia memintaku menyerahkan surat ini,” katanya sambil menyerahkan surat tersebut. Setelah itu ia kembali bercanda ria dengan sahabat-sahabatnya. John Wayne terlihat meneteskan air mata saat membaca surat dari Cindy. Melihat itu salah seorang dari mereka bertanya kepadanya.

“Dengar, aku akan membacakan isi surat ini kepada kalian,” kata John Wayne sambil menghapus air mata di pipinya. Ia pun mulai membacakannya sambil menangis.

“Katakan pada gadis kecil Schuller, saat ini di club ini, John Wayne memberikan hatinya kepada Yesus Kristus dan nanti aku akan betemu dengannya di Sorga,” katanya sambil melipat surat yang sangat berharga itu. Waktu bergulir dan tanpa diduga tiga minggu setelah malam itu, John Wayne pulang ke rumah Bapa. Dia pulang dengan satu kepastian bahwa ia akan bertemu kembali dengan Cindy, gadis yang sudah menyentuh hatinya. Memang seringkali kita tidak tahu bagaimana kesaksian kita akan menjadi berkat dan mengubahkan hidup seseorang.

Martin Luther pernah berkata, Seorang pendosa tidak menyadari dosa-dosanya sendiri dan tugas kita adalah membuat dia menyadari hal itu,”

Memang tugas kita sebagai murid Yesus adalah membuat orang berdosa menyadari bahwa mereka membutuhkan Yesus, sebab hanya oleh pengorbanan darah Yesus mereka memperoleh keselamatan. Karena itu tetaplah bersaksi, pastikan bahwa ada satu jiwa lagi yang akan bertemu dengan kita di Sorga!

Yohanes 4: 39 – 42: Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepadaNya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi, “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.”

Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepadaNya, supaya Ia tinggal pada mereka dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya. Dan mereka berkata kepada perempuan itu, “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.”

2 Timotius 1: 8: Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.

Rela meninggalkan Kemewahan Dunia

Rela meninggalkan Kemewahan Dunia

Ibrani 11: 24 – 26

Ari Wibowo, siapa yang tidak mengenal laki-laki ganteng pemeran utama sinetron terpanjang “Tersanjung” itu? Dia mengawali kariernya di dunia seni pada tahun 1986 dan sejak tahun itu namanya terus meroket. Dia banyak mendapat penghargaan, seperti Bintang Paling Berkilau 2000, Bintang Drama Televisi Pria Favorit 2000, Bintang Sinetron Pria Berbinar 2001, Bintang Iklan Pria Berbinar 2001, Bintang Pria Paling Tampan, Bintang Pria Paling Jantan, Bintang Pria Paling Disukai Hasil Survey Frontier.

Dia juga mendapat tawaran dari berbagai pekerjaan bidang seni, seperti peragawan, foto model, film sinetron, bahkan dalam dunia tarik suara. Dalam waktu yang tidak lama, kehidupan glamour dan kelimpahan materi pun sudah diraihnya. Dia mengaku bahwa semua keinginannya sebelum menjadi selebriti kini sudah dicapainya. Tapi, menarik sekali untuk memperhatikan apa yang dikatakannya setelah dia mengenal Tuhan Yesus secara sungguh-sungguh, “Setelah semua keinginan tercapai, saya baru sadar bahwa manusia seringkal imengejar hal yang salah. Karena saya pernah ada di zona seperti itu, saya ingin menyadarkan orang lain termasuk teman-teman saya agar jangan mengejar materi,”.

Soal kemungkinan turunnya pamor karena imamnya kepada Tuhan, Ari Wibowo berkata, “Kalau memang sudah selesai, saya sudah siap dan itu bukan masalah besar,”. Dia juga rela meninggalkan hingar-bingar dunia malam yang dahulu menjadi “teman akrabnya”. Yang jelas pengenalannya akan Tuhan membuat fokus kehidupannya tidak lagi pada gemerlapnya dunia, tetapi kepada Tuhan, sekalipun dia masih bisa menekuni pekerjaannya.

Hal yang sama juga pernah terjadi dalam kehidupan Musa. Menjadi anak Puteri Firaun adalah status yang luar biasa tingginya. Segala kemewahan dan popularitas sudah pasti ada dalam genggamannya. Sekalipun kemungkinan besar Musa tidak bisa mewarisi takhta Kerajaan Mesir, karena hal takhta tidak biasa melalui jalur perempuan (karena ia anak angkat Putri Firaun), tetapi posisi itu jelas memberikan kesempatan kepada Musa untuk menunjukkan kuasa baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Tetapi, hal-hal itu tidak menyilaukan mata Musa, karena Musa sadar semua hal itu bersifat sementara. Musa memilih meninggalkan gemerlapnya dunia dan rela hidup bersama umat TUHAN sekalipun di dalam penderitaan. Musa berimam kepada TUHAN yang akan memberikan “upah” kepadanya ketika dia tertantang untuk meninggalkan kemewahan dunia bagi kepentingan umatNya.

Lihatlah betapa mudahnya orang yang dulunya memperkenalkan diri sebagai orang yang berimam, sekarang terang-terangan meninggalkan imamnya hanya untuk menikmati kekayaan dan kekuasaan duniawi. Waspadalah, sebab hal itu bisa terjadi pada diri kita sendiri. Oleh sebab itu, sebagai orang berimam, mari kita siapkan diri kita untuk rela meninggalkan gemerlapnya dunia dan memilih untuk tetap berimam kepada Tuhan.

Ibrani 11: 24 – 26 : Karena imam maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun. Karena ia lebih suka menderita sengsara sebagai umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya, ia arahkan kepada upah.

Adanya Perbuatan Baik

Adanya Perbuatan Baik

Yakobus 2: 17, 26.

Bunda Teresa, sebuah nama yang tidak asing lagi di telinga kita, seorang wanita yang telah mengabdikan hidupnya untuk masalah kemanusiaan di Kalkuta, India. Lahir di dalam lingkungan keluarga berada, sebab ayahnya adalah seorang pebisnis yang sukses, tapi hatinya ada di antara orang-orang papa. Secara fisik, dia tidak terlalu besar, tetapi semangatnya sangat besar untuk menolong orang lain. Dia bukan wanita perkasa, tetapi menjadi “wanita super” di dalam misi kemanusiaannya. Dia bukan seorang pemimpin, tetapi begitu banyak orang yang mengikutinya. Dia bukan tokoh serba bisa, tetapi kehidupannya merupakan karya besar di dalam sejarah sepanjang kemanusiaan. Tangannya yang “ringan” untuk mengangkat yang terjatuh, usapan tangannya yang penuh kasih untuk mengusap air mata kesedihan, pelukannya yang hangat untuk mendekap mereka yang kesepian, tatapan matanya yang lembut untuk menyemangati mereka yang lemah, perkataannya yang ramah untuk menghibur mereka yang beduka adalah bagian-bagian dari pelayanan kemanusiaannya. Apa yang dilakukan Bunda Teresa ini sungguh-sungguh menunjukkan bahwa dia orang berimam.

Bunda Teresa sendiri berkata “Aku melakukannya karena Yesus, bersama Yesus, dalam Yesus, dan untuk Yesus. Itu artinya mencintai sesama, sebagaimana Yesus sendiri telah mencintai kita, sampai mengorbankan diriNya sendiri demi cintanya kepada kita.”.

Memang perbuatan baik bukanlah syarat untuk memperoleh keselamatan, tetapi perbuatan baik adalah bukti nyata dari orang berimam yang telah menerima janji keselamatan itu. Hal itulah yang dilupakan oleh penerima Surat Yakobus. Hidup di perantauan memang memaksa penerima Surat Yakobus untuk berbuat baik, tetapi hal itu menjadi lebih penting lagi karena mereka harus menyaksikan imam mereka melalui perbuatan baik. Jika mereka berbuat baik, itu akan menjadi kesaksian bagi orang lain yang belum percaya, yang bisa menjadi sarana bagi orang lain untuk mengenal Tuhan Yesus.

Seperti kesaksian yang pernah diberikan oleh Bunda Teresa mengenai seseorang setelah melihat Bunda Teresa membasuh luka seorang penderita kusta, “Bertahun-tahun lamanya aku percaya bahwa Isa adalah seorang nabi. Tetapi, sekarang aku percaya bahwa Dia itu adalah Tuhan, karena Dia dapat memberikan sukacita yang begitu besar kepada suster ini untuk melakukan pekerjaan yang tidak mudah dengan penuh kasih.” Itulah sebabnya Yakobus menegaskan, “Demikian juga halnya dengan imam: Jika imam itu tidak disertai perbuatan, maka imam itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yakobus 2: 17).

Banyak cara bagi kita untuk berbuat baik, baik dengan harta maupun jasa. Biarlah ornag lain berkata, “Sekarang aku tahu bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat,” ketika mereka melihat imam kita melalui perbuatan baik yang kita lakukan.

Yakobus 2: 26 – Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah imam tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.

Ikan Petrus

Di dalam Matius 17: 24-27, dituliskan tentang seorang pemungut bea Bait Allah yang datang kepada Petrus dan bertanya, “Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?”. Selanjutnya Yesus memerintahkan kepada Petrus untuk pergi memancing ke danau. “Ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya….” Kata Yesus.

Peristiwa ini yang melatarbelakangi pemberian nama “ikan Petrus” kepada jenis ikan tilapia (Latin) yang terdapat di Danau Galilea. Konon jenis ikan inilah yang dipancing oleh Petrus dan juga yang dipakai Yesus untuk memberi makan 5.000 orang. Jenis ikan tilapia terdiri dari banyak spesies, ada t. nilotica atau nila, t. grahami, t. spilurus, t. zillii, t.mossambica atau mujair, dll. Jenis ikan tilapia berasal dari perairan air tawar Afrika, tetapi juga ada di Danau Galilea. Di Indonesia kita dapat menemukan ikan Petrus yang kemungkinan adalah mujair, tetapi ada juga yang mengatakan nila merah. Memang sebagian orang menyamakan ikan nila dengan ikan mujair, karena fisik yang hampir sama. Bahkan ikan nila sering disebut disebut mujair nila. Ini dapat dipahami karena kedua spesies ikan ini berasal dari genus/jenis yang sama, yaitu tilapia. Pada tanggal 19 Februari lalu, seorang penduduk setempat yang marah meracuni ikan-ikan yang ada di Danau Galilea sehingga sekitar 25.000 ekor ikan, termasuk ikan Petrus mati terhampar di pantai.

Dr. Jim Fleming, profesor arkeologi dari University of Jerusalem, menjelaskan bahwa ikan Petrus mempunyai kebiasaan menyimpan telor-telornya di dalam mulut sampai telor-telor itu menetas menjadi ikan, bari ia mengeluarkan mereka. Ini dilakukan untuk melindungi telor-telornya agar tidak dimakan oleh ikan lainnya. Bahkan anak-anaknya yang masih kecil-kecil akan tetap berenang di sekitar induknya, agar ketika ada bahaya, induknya akan segera memasukkan mereka ke dalam mulutnya. Kebiasaan memiliki dan melindungi anak-anak terus terbawa-bawa, sehingga jika induk ikan ini tidak lagi mempunyai anak, maka ia akan menyimpan benda-benda seperti batu, tutup botol, atau kerang di dalam mulutnya. Jika Tuhan Yesus mengatakan dengan yakin bahwa ikan pertama yang akan didapatkan oleh Petrus menyimpan mata uang empat dirham di dalamnya, dan bukan batu, tutup botol, kerang, atau yang lain, bukankah ini mujizat yang luar biasa? Ini bisa terjadi, karena Yesus adalah Tuhan yang berkuasa atas alam semesta dan atas segala mahluk hidup.

Ikan Petrus mengingatkan kita akan kuasa Yesus dan mujizat yang Ia lakukan. Sesungguhnya Dialah Tuhan, Ia sanggup melakukan perbuatan ajaib yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa. Jika Anda mulai meragukan kuasaNya, ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang pernah Ia lakukan. Mujizat itu masih berlaku sampai saat ini!

Matius 17: 24-27

Yesus membayar bea untuk Bait Allah

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum, datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata, “Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?” Jawabnya, “Memang membayar.” Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan, “Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?”

Jawab Petrus, “Dari orang asing!”

Maka kata Yesus kepadanya, “Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga,”

Louis7zen

Name :
Web URL :
Message :