Senin, 12 Mei 2008

Pernikahan yang Sehat

Pernikahan yang sehat! Setiap pasangan pasti mendambakan hal itu, walau kenyataannya tidak semua pasangan berhasil membangun pernikahan yang sehat. Pernikahan yang sehat artinya pernikahan yang berjalan dan bertumbuh sebagaimana mestinya. Apa yang Tuhan harapkan untuk sebuah pernikahan Kristen adalah pernikahan yang sehat, yang memungkinkan mereka menikmati kebahagiaan dan bertumbuh bersama-sama di dalamnya. Untuk membangun sebuah pernikahan yang sehat, ada lima hal yang harus diusahakan:

Pertama, mengutamakan pasangan. Orang tua akan tetap menjadi orang tua, sanak saudara akan tetap menjadi sanak saudara, tetapi ketika menikah, maka pasanganmu menjadi pribadi yang lebih utama daripada orang lain. Keluarga, bos, sahabat, anak, ataupun hobi tidak bisa dijadikan yang lebih utama daripada pasangan kita.

Kedua, buatlah komitmen yang dalam. Matius 19: 5 – 6 berbunyi, “Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia.” Perceraian sangat mungkin terjadi karena tidak adanya komitmen yang dalam dari masing-masing pihak. Tidak ada pernikahan yang berjalan mulus, akan ada banyak tantangan di sana, tetapi jika pasangan suami-istri sudah berkomitmen, maka mereka akan memperjuangkan keutuhan pernikahan mereka.

Ketiga, penuhi kewajiban masing-masing. Suami maupun istri memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pasangannya. Kebutuhan itu mencakup kebutuhan fisik, emosional, dan rohani. Kebutuhan fisik menyangkut makanan, pakaian, tempat tinggal, transportasi, dan seksual. Kebutuhan emosional menyangkut perasaan dihargai, dikasihi, dibutuhkan. Sedangkan kebutuhan rohani dapat dipenuhi dengan cara berbakti bersama, berdoa, dan membaca firman, serta membicarakan tentang Allah dan firmanNya secara bersama-sama.

Keempat, bangun kebersamaan. Usahakan kesehatian dan rasa kebersamaan yang kuat satu sama lain, seperti baut dan mur yang sudah dirancangkan untuk selalu bersama. Firman Tuhan mengatakan bahwa berdua lebih baik daripada sendiri. Mengapa demikian? Karena ketika yang satu lemah, maka yang lain dapat menguatkan. Ketika yang lain melakukan kesalahan, maka yang lain mengingatkan.

Kelima, nyatakan perbuatan kasih. Definisi lengkap tentang kasih ada di dalam 1 Korintus 13. Buktikan kasih kepada pasangan melalui tindakan nyata yang akan membuatnya menyadari bahwa Anda mengasihinya. Berlomba-lomba menyatakan tindakan kasih setiap hari, sehingga kehidupan pernikahan Anda akan selalu “sehat” dan terasa indah.

Efesus 5: 22 – 33:

Kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri

Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.

Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak tercela.

Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri. Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus kepada jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya.

Sebab itu, laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku, kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.

Perkataan yang Melukai

Usai memberikan kesaksian di hadapan sekelompok wanita pengusaha, saya pergi ke toilet. Di sana seorang wanita menghampiri saya seraya berkata, “Anda ingat saya?”. Saya menatapnya, tetapi wajahnya tampak asing bagi saya. Belum sempat saya berbicara, ia sudah melanjutkan perkataannya, “Lima tahun yang lalu, Anda menulis surat yang sangat kasar kepada saya. Surat itu sangat melukai saya dan saya menyimpannya selama bertahun-tahun dengan harapan suatu hari saya akan bertemu lagi dengan Anda.”

Wajah saya memerah seperti kepiting yang baru saja direbus, hati saya diselimuti oleh rasa malu sekaligus bingung, kenapa wanita yang tidak saya kenal ini menegor begitu keras.

“Saya memiliki toko barang antik. Waktu itu setelah berbelanja di toko saya. Anda menulis surat yang mengeluhkan sikap saya yang kasar,” katanya lebih lanjut.

Perkataannya itu terus saja mengusik damai sejahtera di hati, tetapi saya mencoba untuk tenang. “Saya sangat menyesal karena telah menyakiti Anda. Maukah Anda memaafkan saya?” kata saya sambil memegang tangannya, namun wanita itu segera menarik tangannya dan melangkah pergi tanpa pernah menoleh ke belakang.

Kejadian itu tentu saja menggusarkan hati saya. Di pikiran saya terjadi peperangan, “Mengapa saya membiarkan kata-kata saya melukai seseorang, sehingga orang itu mengingatnya selama lima tahun? Parahnya, saya bahkan tidak dapat mengingat kejadian itu.”

Saya menangis, mohon pengampunan dari Tuhan. Saya mencoba mengingat wanita itu dengan membaca buku harian saya, dan saya menemukan catatan tentang kejadian itu.

Waktu itu wanita tersebut dengan keras menegor teman yang berbelanja bersama saya, ketika teman saya menyenggol vas antik. Ia mempermalukan kami di depan orang banyak sehingga dengan emosi yang tinggi saya melayangkan surat kepadanya.

Menurut saya waktu itu, keputusan untuk mengirim surat merupakan tindakan yang tepat, karena saya ingin membuatnya merasa bersalah dan kemudian berubah setelah menyesalinya. Ternyata saya salah besar, tindakan saya justru telah menggoreskan luka yang dalam di hatinya. Yang saya harapkan perubahan, ternyata yang tergores adalah kepahitan. Hari itu saya memperoleh pelajaran yang sangat berharga, tindakan menyerang sesama berarti sedang membangun sebuah tembok kebencian dan permusuhan.

Memang emosi kerap membuat kita tidak berpikir panjang sehingga kita berlaku kasar atau melemparkan kata-kata yang pedas. Itu kita lakukan sebagai bentuk pembalasan karena merasa bahwa kita sudah dilukai, atau kita berpikir bahwa kita akan memperoleh kepuasan tersendiri setelah menyalurkan emosi yang terbendung di dalam hati.

Kita menyadari bahwa dilukai itu menyakitkan, tapi kita justru sering berbalik melukai sesama. Karena itu ketika sedang di rumah, kantor, pelayanan, atau di mana saja, baiklah kita berpikir dulu baru berbicara. Berhati-hatilah dengan perkataan kita, karena perkataan kita selaku anak Tuhan seharusnya menjadi jembatan sehingga orang membuka dirinya untuk diarahkan kepada pembaharuan budi.

Matius 7: 1 – 2: Jangan menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

Roma 2: 1 – 3: Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.

Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian.

Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?

Kami bisa datang sendiri....

Suatu kali, setelah selesai kebaktian pemuda, seperti biasa kami pulang bersama-sama dengan berjalan kaki. Ketika tiba di sebuah perempatan, tiba-tiba seorang teman kami berhenti untuk menemui banyak pemuda yang nongkrong di situ dengan beberapa minuman keras dan roko yang terselip di jari-jari mereka. Ternyata mereka adalah teman-temannya. Kami berusaha untuk mencegahnya, tetapi teman kami tetap berkeras untuk ikut “nimbrung”.

“Tidak ada salahnya’kan kalau aku berkumpul bersama dengan mereka, asal tidak ikut-ikutan, apalagi aku kenal mereka,” demikian kata teman kami sebagai alasan untuk mendukung tindakannya.

Kebetulan saat itu adalah malam minggu. Keesokan harinya ketika kami berkumpul kembali untuk mengikuti kebaktian umum, kami mendengar bahwa pemuda-pemuda yang berkumpul di perempatan jalan tersebut, termasuk teman kami, ditangkap oleh polisi karena terlibat perkelahian yang mengakibatkan seseorang terluka parah dan kerusakan beberapa peralatan billyard. Ternyata mereka berkelahi di tempat hiburan tersebut. Siangnya kami berusaha untuk menemui teman kami itu. Sekalipun sangat berbelit-belit prosesnya, akhirnya pihak kepolisian memberikan kesempatan kepada kami unutk bisa menemui teman kami.

Tanpa basa-basi seorang dari kami berkata, “Ada satu anak kalimat yang kamu ubah dalam Doa Bapa Kami, yaitu yang berbunyi, ‘Lepaskanlah kami daripada yang jahat’. Kamu mengubahnya menjadi, ‘Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, karena kami bisa datang sendiri ke sana.’” Walaupun mungkin dengan berat hati, teman kami itu berkata, “Memang benar apa yang kamu katakan. Terima kasih untuk kedatangan kalian.”

Apa yang dilakukan teman kami mirip dengan apa yang dilakukan oleh Lot, sekalipun dalam hal ini Lot tidak jatuh ke dalam pencobaan. Ketika Lot diberikan kesempatan oleh Abraham, untuk memilih tempat terlebih dahulu, Lot memilih tempat yang berdekatan dengan Sodom, padahal, “Orang Sodom sangat jahat dan berdosa kepada TUHAN.” (Kejadian 13: 13). Lot sendirilah yang mendatangi pencobaan itu!

Bukankah banyak orang Kristen yang bertindak seperti Lot dan teman kami itu? Sudah tahu kalau kerja di club malam harus berteman dengan minuman keras, rokok, lelaki mata keranjang, bahkan wanita tuna susila, tetap saja nekat kerja di tempat itu. Sudah tahu bahwa terang tidak bisa bersatu dengan gelap, nekat juga berpacaran dengan orang yang tidak seimam. Seudah tahu kalau pacaran di tempat sepi dan remang-remang itu berbahaya, tetap saja mencari tempat yang seperti itu. Dan masih banyak contoh yang lain, termasuk dalam hal mencari tempat hiburan atau teman bergaul.

Marilah kita waspada dan terus berjaga-jaga terhadap setiap keputusan dan tindakan kita, supaya kita tidak mendekati pencobaan. Jikalau pencobaan itu datang, mintalah kekuatan Allah untuk mengalahkannya.

Kejadian 13: 10 – 13

Lalu Lot melayangkan pandangannya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak air-nya, seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar – hal itu terjadi sebelum Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora.

Sebab itu Lot memilh baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah.

Abraham menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan.

Celakalah Mereka....

Kekayaan dan uang yang banyak merupakan impian hampir semua orang. Kalau bicara jujur, tak seorang pun yang memilih menjadi orang miskin yang serba kekurangan. Kita bekerja keras dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih guna meningkatkan taraf hidup. Tetapi, karena begitu terobsesi dengan uang dan kekayaan, banyak orang mengambil jalan pintas yang salah.

Suatu hari teman saya menceritakan tentang saudaranya yang bekerja di sebuah instansi pemerintah. Saudaranya itu mendadak kaya hanya dalam waktu satu tahun. Ia memboyong anak dan isterinya, pindah dari rumah mereka yang sederhana ke sebuah rumah mewah di kawasan elite. Di garasinya terparkir dua buah mobil mewah, sedangkan di depan rumah ada sebuah mobil sederhana.

“Mengapa jika ke mana-mana engkau jarang memakai mobil mewahmu itu dah hanya memakai mobil jelek itu?” tanya teman saya itu pada suatu hari.

“Ah, nggak enak dilihat orang,” katanya. Belakangan teman saya yang mengasihi Tuhan tersebut mengetahui alasan sebenarnya mengapa saudaranya itu jarang memakai mobil mewahnya jika keluar rumah. Ternyata semua itu didapatkan dengan cara yang tidak halal.

“Pantas saja kamu mendadak kaya, padahal kami semua tahu berapa penghasilan kamu. Jangan begitu, jika semua terungkap, kamu pasti malu. Kamu mungkin bisa mengelabui orang dengan mengatakan bahwa kamu punya usaha sampingan ini dan itu, tetapi ingat bahwa Tuhan tidak akan mendiamkan ini,” kata teman saya coba menasihati saudaranya. “Sudahlah, saya tidak ingin bertengkar dengan kamu. Jalan saya ya jalan saya, kamu jalani saya jalan kamu sendiri,” jawab saudaranya.

Uang dan kekayaan bisa membutakan mata orang sehingga tidak lagi peduli dengan cara apa ia mendapatkan semua itu. Terkadang kita bertanya kepada Tuhan, mengapa Ia berdiam diri terhadap orang-orang yang tidak jujur. Mereka semakin merajalela dengan kejahatan mereka dan sepertinya mereka aman-aman saja. Aneh memang….orang bahkan menyebut mereka sebagai orang-orang yang diberkati Tuhan. Tetapi, mari kita melihat kembali apa yang firman Tuhan katakan tentang mereka yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya, “Celakalah mereka….,” kata firman Tuhan. Mazmur 37: 16 – 17 berkata, “Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik, sebab lengan orang-orang fasik dipatahkan, tetapi TUHAN menopang orang-orang benar.”

Tetaplah berjalan pada jalan yang dikenan Tuhan, berusahalah dan harapkan berkat yang berkenan padaNya. Jangan menempuh jalan yang tidak jujur, karena ia menawarkan sesuatu yang hanya bersifat sementara. Akan tiba saatnya di mana Tuhan akan menghajar orang-orang yang berlaku tidak jujur, karena apa yang mereka dapatkan dengan cara yang tidak jujur, akan “berteriak-teriak” mengumandangkan kejahatan mereka.

Habakuk 2: 6 – 11

Penghukuman atas para penindas

Bukankah sekalian itu akan melontarkan peribahasa mengatai dia, dan nyanyian olok-olok serta sindiran ini. Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya – berapa lama lagi? – dan yang memuati dirinya dengan barang gadaian.

Bukankah akan bangkit dengan sekoyong-koyong mereka yang menggigit engkau, dan akan terjaga mereka yang mengejutkan engkau, sehingga engkau menjadi barang rampasan bagi mereka?

Karena engkau telah menjarah banyak suku bangsa, maka bangsa-bangsa yang tertinggal akan menjarah engkau, karena darah manusia yang tertumpah itu dan karena kekerasan terhadap negeri, kota, dan seluruh penduduknya itu.

Celakalah orang yang mengambil baya yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk menempatkan sarangnya di tempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka!

Engkau telah merancangkan cela ke atas rumahmu, ketika engkau bermaksud untuk menghabisi banyak bangsa; dengan demikian engkau telah berdosa terhadap dirimu sendiri.

Sebab batu berseru-seru dari tembok dan balok menjawabnya dari rangka rumah.

Louis7zen

Name :
Web URL :
Message :